Skip to content

Diet pada Ruang Lambung yang Mengecil setelah Pemasangan Balon Lambung dan Operasi Bariatrik

Orang yang hidup dengan obesitas sehari-hari mengkonsumsi makanan dan minuman yang memiliki jumlah energi (Kalori) yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Kebiasaan untuk menerima asupan yang besar ini tentu akan menjadi sangat berlebihan bahkan berbahaya pada perubahan kondisi lambung pasca pemasangan balon lambung (Intragastric Balloon) atau kondisi lambung yang sudah diperkecil dengan Operasi Bariatrik.

Kedua terapi ini (balon lambung dan operasi bariatrik) bertujuan untuk memperkecil ruang pencernaan pada lambung sehingga pasien tidak lagi dapat mengkonsumsi makanan dalam jumlah (volume) yang besar, yang berujung pada penurunan berat badan. Untuk mencapai penurunan berat badan yang sehat, diperlukan rancangan menu (meal plan) yang sehat pula. Diet defisit kalori yang dijalani harus disertai dengan penyesuaian makronutrien berdasarkan kondisi medis pasien.

Secara umum, diet yang diberikan adalah diet rendah kalori, tinggi protein dan rendah lemak. Beberapa sumber protein yang dapat dikonsumsi adalah dada ayam, ikan, tahu-tempe, dan kacang-kacangan. Pasien yang berada dalam penurunan berat badan harus menghindari makanan tinggi lemak jenuh seperti santan dalam jumlah besar dan goreng-gorengan. Selain itu, pasien juga perlu menghindari karbohidrat sederhana seperti gula dan meningkatkan asupan karbohidrat kompleks seperti serat pada sayur dan buah-buahan.

Komposisi nutrisi ini sangat penting dalam menjaga penurunan berat badan yang sehat. Perlu diperhatikan juga bahwa komposisi nutrisi untuk 1 orang dapat berbeda dengan orang yang lain. Contoh, pada orang obesitas yang sudah memiliki gangguan ginjal (non-hemodialisis atau tidak dalam terapi cuci darah) tidak disarankan untuk diberikan diet tinggi protein. Hal ini tentu berbeda dengan pasien obesitas tanpa gangguan ginjal.

Selain dari komposisi, pasien dengan balon lambung atau paska operasi bariatrik juga perlu menerapkan prinsip makan lebih sering namun sedikit atau small frequent feeding. Karena kapasitas lambung untuk mencerna makanan menjadi lebih kecil. Pada prinsip ini, jumlah total kalori dan komposisi pasien harus benar-benar diatur agar pasien tidak jatuh pada kondisi kurang gizi atau malnutrisi.

Minggu pertama setelah program pemasangan balon lambung dan operasi bariatrik, pasien harus beradaptasi dengan ruang lambung yang mengecil, yang tidak jarang disertai dengan rasa mual. Beberapa pilihan makanan atau minuman pada beberapa hari awal program ini adalah sari buah (jus yang disaring) tanpa pemanis, susu formula khusus, dan air kelapa secukupnya. Perlu diperhatikan bahwa jus ini tidak boleh asam agar tidak merangsang peningkatan asam lambung atau sakit maag. Setelah pasien terbiasa dan dapat mentoleransi diet cair ini dengan baik, maka diet yang lebih kental atau padat dapat dimulai.

Konsumsi air dalam jumlah yang cukup juga esensial dalam mejalani diet ini. Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi akibat diet paska pemasangan balon dan operasi bariatrik yang berbahaya. Untuk mencegah dehidrasi, tim medis akan menyarankan jumlah cairan yang dibutuhkan setiap harinya dan harus dikonsumsi dalam jumlah kecil-kecil tapi sering atau small frequent drinking. Contoh, bila seseorang perlu konsumsi cairan sebanyak 1500 ml, maka 1500 ml ini harus dibagi dalam 14 jam waktu bangun pasien. Minum yang terlalu cepat dan terlalu banyak dapat menimbulkan mual dan muntah.

Setelah mampu beradaptasi sepenuhnya terhadap perubahan lambung ini (berbeda-beda setiap orang dan setiap jenis balon dan operasi bariatrik) dan sudah mampu makan makanan biasa, pasien harus tetap menjaga jumlah, jenis dan jam makan agar mencapai penurunan berat badan yang sehat. Tidak lupa juga, sebagai salah satu pilar utama kesehatan, peningkatan aktivitas fisik dan olahraga perlu dilakukan. Hal ini harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang. Contoh, orang yang masih memiliki berat badan yang sangat tinggi (contoh: IMT masih mencapai 40 kg/m2) mungkin akan sangat kesulitan bila disuruh jogging. Sehingga, terapi nutrisi dan aktivitas fisik pasien juga perlu diberikan secara tailor-made.

One size does not fit all.

Image by: FreePik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *