Penulis: dr. Nathania Sutisna, Sp.GK
Obesitas adalah penyakit kronis di mana seseorang mempunyai akumulasi lemak tubuh yang abnormal atau berlebihan dan menyebabkan gangguan kesehatan, peningkatan risiko kematian dan komplikasi kesehatan kronis.
Secara sederhana, pada orang asia obesitas ditandai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 Kg/m2 dan golongan berat badan berlebih memiliki IMT ≥ 23 Kg/m2. Namun IMT sendiri tidak dapat menginterpretasi komposisi tubuh yang dimiliki seseorang, idealnya yang diharapkan saat penurunan berat badan adalah penurunan lemak dalam tubuh, namun penurunan massa otot dan tulang serta kekurangan cairan dalam tubuh, yang tentunya tidak diharapkan, juga berdampak menurunkan berat badan. Untuk mengukur komposisi tubuh dapat menggunakan Bioimpedance analysis (BIA), saat menjalani program penurunan berat badan sangat dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri dengan BIA untuk memantau komposisi tubuh.
Obesitas bersifat multifaktorial, dengan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kelebihan berat badan, termasuk pola makan, aktivitas fisik, pola tidur, obat-obatan, selain faktor genetik, epigenetik, dan lingkungan. Oleh karena itu, pengobatan obesitas sangat challenging dan one size does not fit all.
Berikut pilihan terapi pada obesitas dan berat badan berlebih:
1. Intervensi Diet
Di Asia, peningkatan makanan cepat saji atau ultra-processed food, minuman manis seperti boba, serta restoran dan toko serba ada, telah dikaitkan dengan peningkatan obesitas yang signifikan dan penyakit kronis terkait, termasuk hipertensi, sindrom metabolik, dan DM tipe 2. Yang sering tidak perhatikan, makanan siap saji dan ‘gorengan’ yang dijual oleh pedagang kaki lima mengandung kadar lemak jenuh dan trans yang tinggi dari minyak yang digunakan kembali. Namun demikian, pola gaya hidup, perbedaan budaya, dan preferensi akan berperan dalam kepatuhan terhadap diet tertentu.
Dokter Spesialis Gizi Klinik memiliki berbagai intervensi diet berbasis ilmiah yang dapat dipilih dan disesuaikan untuk masing-masing individu dengan mempertimbangkan preferensi pribadi, budaya, kesehatan, dan faktor risiko yang dimiliki seseorang, diet ini disebut ‘Personalized Diet’. Agar lebih akurat, Anda juga dapat melakukan pemeriksaan Nutrigenomic untuk melihat respon gen terhadap makanan yang anda konsumsi.
2. Aktifitas Fisik
Terlepas dari penurunan berat badan, aktivitas fisik memberikan manfaat yang baik untuk kesehatan, termasuk penurunan risiko jantung dan penyakit kronis lainnya, depresi, dan demensia. Untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran, orang dewasa dianjurkan melakukan olahraga intensitas sedang, misalnya bersepeda atau berjalan cepat ≥150 menit per minggu (sekitar 30 menit per hari).
3. Obat Anti-Obesitas
Obat anti-obesitas atau lebih dikenal obat gemuk diindikasikan pada individu dengan BMI ≥30 kg/ m2 atau jika ≥27 kg/m2 dengan adanya satu atau lebih penyakit penyerta. Obat yang dijual bebas belum tentu aman untuk dikonsumsi, sebagian obat tersebut diduga mengandung obat golongan diuretik yang membuat Anda kencing lebih sering sehingga mengalami dehidrasi, dan tentu efeknya tidak baik untuk tubuh. Obat gemuk yang biasa digunakan di sebagian besar negara di Asia Tenggara termasuk orlistat, liraglutide, dan phentermine. Obat lainnya, seperti dietilpropion, juga telah disetujui untuk penggunaan jangka pendek di Indonesia. Namun, penggunaan obat gemuk ini harus dikonsumsi dalam pengawasan dokter agar tepat sasaran dan mengantisipasi efek samping yang mungkin terjadi.
4. Pemasangan Balon di Dalam Lambung (intragastric balloon)
Metode pemasangan balon intragastric relatif masih baru di Indonesia. Pemasangan ini ditujukan untuk membuat pasien merasa kenyang akibat adanya balon yang ada di lambung, sehingga jumlah makanan atau kalori yang masuk ke tubuh juga normal. Terdapat 2 pilihan pemasangan balon yang dapat dilakukan, yaitu yang pertama melalui endoskopi dan yang kedua menggunakan swallowable intragastric balloon. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
5. Operasi Bariatrik
Operasi bariatrik dapat direkomendasikan untuk individu yang memenuhi syarat sebagai tambahan untuk modifikasi gaya hidup, dengan atau tanpa farmakoterapi. Prosedur operasi umumnya direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 18-69 tahun dengan indikasi. Operasi bariatrik dapat dipertimbangkan setelah screening oleh tim perawatan multidisiplin yang berpengalaman.
Demikian beberapa terapi obesitas yang sering digunakan, untuk memilih terapi yang sesuai sebaiknya berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Gizi Klinik untuk personalized diet dan personalized therapy sebelum melakukan program penurunan berat badan karena One size does not fit all.
Referensi:
1. Wei Tham, K., Abdul Ghani, R., Cua, S. C., Deerochanawong, C., Fojas, M., Hocking, S., Lee, J., Quang Nam, T., Pathan, F., Saboo, B., Soegondo, S., Somasundaram, N., L Yong, A. M., Ashkenas, J., Webster, N., & Oldfield, B. (2022). Obesity in South and Southeast Asia-A new consensus on care and management. https://doi.org/10.1111/obr.13520
2. Chakhtoura, M., Haber, R., Ghezzawi, M., Rhayem, C., Tcheroyan, R., & Mantzoros, C. S. (2023). Pharmacotherapy of obesity: an update on the available medications and drugs under investigation. EClinicalMedicine, 58, 101882.